Selama kurang lebih 6 abad silam dan letak
geografisnya, sebuah kawasan bernama Demak ternyata tidak terletak seperti
sekarang ini. Sekurang-kurangnya berada di pedalaman yang jaraknya 30 km dari
bibir laut Jawa dan berada di dekat Sungai Tuntang yang bersumber dari Rawa
Pening. Dahulu, Demak terletak di tepi laut/ Selat Silugangga yang memisahkan
antara Pulau Muria dengan Jawa Tengah.
![Asal Usul Kota Demak](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBO4O0oke-lkthTysv6ssghPLUuQx4WLZA6l8ai6aKGa2djQ0mDvj1uJcuz2Rhg7az_yZHfcxkh78MiEQBnFOLU1ysusMqrhMhPygdXVXRxedKUBOg1wI3A1sJ_PX3nYdBo_GYENAeGh55/s200/Logo_Kabupaten_Demak.png)
DR.H.J. De Graaf menulis dalam bukunya
menuliskan bahwa letak Demak sangat cocok untuk dijadikan kegiatan perdagangan
dan pertanian. Hal ini dikarenakan selat di depannya cukup lebar menjadi pusat
kegiatan masyarakat, sehingga perahu dari Semarang sampai ke Rembang busa
dengan bebas berlayar melalui Demak. Namun, pada abad XVII Pulau/Selat Muria
mengalami pendangkalan dan tidak bisa dipakai lagi sebagai tempat berlayar.
Penobatan Raden Patah menjadi Sultan Demak Bintoro pada tanggal 12 Rabiulawal (Mulud) Tahun 1425 Saka/ 28 Maret 1503 M, ditetapkan juga menjadi hari jadi Kota Demak. Menurut Babat Tanah Jawa, nama Demak berawal dari perintah Sunan Ampel (Sang guru) kepada Raden Patah agar merantau ke arah Barat. Atas perintah dan restu sang guru, akhirnya Raden Patah berangkat hingga menemukan hutan/tanaman Gelagah Wangi yang terletak di Muara Sungai Tuntang yang bersumber dari lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening).
Setelah hutan/tanaman Gelagah Wangi ditebang dan dijadikan
tetrukan (pemukiman), barulah nama Bintoro muncul yang berasal dari kata
Bethoro atau dalam penganut agama Hindhu sebagai bukit suci. Pada kawasan bukit
suci/ Gunung Bethoro (Prawoto) itulah sekarang masuk ke dalam daerah Kabupaten
Pati.
Ada beberapa sumber lain yang menyebutkan nama bintoro diambil
dari sebuah pohon Bintoro yang dulunya tumbuh banyak di sekitar Gelagah Wangi.
Pohon Bintoro mempunyai ciri batang, daun dan bunganya yang hampir mirip pohon
kamboja (apocynaceae).
Namun, ada beberapa pakar mendefinisikan Demak
dalam berbagai penafsiran. Prof. DR. Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari
bahasa Arab “Dama” yang berarti mata air. Prof. Slamet Mulyono menafsirkan kata
Demak dari bahasa jawa kuno "Damak" yang artinya anuerah. Sholihin
Salam seorang penulis menjelaskan Demak berasal dari bahasa arab "Dzimma
in" yang mempunyai arti sesuatu yang mengandung air (rawa). Atau dari
bahasa Sansekerta, Demak berasal dari "Delamaka" yang berarti rawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar